Kota Makassar, atau yang biasa disebut dengan Ujung Pandang merupakan sebuah destinasi utama bagi wisatawan pecinta kuliner. Letak Kota Makassar yang strategis menjadikannya sebagai pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur. Dengan diterapkannya sistem perdagangan bebas saat itu, Makassar berhasil menarik pedagang dari wilayah luar Indonesia seperti Eropa, Arab, China, dan Melayu.
Perdagangan merupakan aktivitas utama yang berlangsung sejak abad ke-9 di bawah kepemimpinan Raja Gowa dimana pusat kerajaan dipindahkan dari pedalaman ke tepi pantai sehingga mendukung peningkatan dari segi perdagangan. Sejak saat itu, banyaknya pedagang yang hilir mudik di Makassar, membuat kebudayaan Makassar-pun semakin berkembang dan beragam begitupun dengan ragam kuliner Kota Makassar. Para pedagang, khususnya pedagang China, Arab, dan India kemudian memberikan warna dan rasa yang semakin beragam dan lezat. Hal tersebut menjadikannya sebagai hidangan baru yang memiliki keaslian rasa Kota Makassar dan memiliki tekstur yang mirip dengan budaya dari pedagang China, Arab, dan India.
Hilir mudik pedagang dari penjuru dunia menjadi pelopor ragamnya kuliner Kota Makassar. Beberapa contoh asimilasi kuliner Makassar antara lain Otak-Otak dan Jalangkote yang menyerupai Wonton dari Cina juga penggunaan saus tauco pada Coto Makassar. Contoh lainnya seperti Toppa Lada yang juga merupakan asimilasi dari Arab, seperti diketahui hidangan ini memiliki karakter dasar rempah dengan aroma yang tajam.
Demikian kuliner khas Makassar memiliki ragam unik karena adanya beberapa pengaruh dari pedagang luar yang memberi warna dan kekayaan rasa.